Ini adalah kali pertamanya gue mengikuti kompetisi yang berhubungan dengan ilmu ke-Teknik Industri-an. Emang gatel banget udah 3 tahun gue kuliah di UI, di Teknik Industri tapi belom ngapa-ngapain. Jadi, secara tidak sengaja gue menemukan info kompetisi ini di twitter. Basicly, ini lomba manajemen proyek yang emang TI banget, bahkan di TI dibahas dalam satu mata kuliah mandiri: manajemen proyek (manpro). Seperti namanya, manpro membicarakan kebutuhan manajerial pra-proyek. Rangkaian awal kompetisinya adalah mengirimkan mini proposal yang bertema "Project Management for Eastern Indonesia Region Development". Dari hasil brainstorming kami ber-4, diperoleh lah ide pembangunan proyek "Desa Wisata Minapolitan Garam di Nagekeo, NTT". Terima kasih buat mata kuliah simulasi industri yang membuka mata gue dan "memaksa" gue baca MP3EI (masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi indonesia" dan menginspirasi gue tema desa minapolitan ini. Nah setelah menganalisis fisibilitas pembangunan proyek desa minapolitan dari backround teknik industri, ilmu ekonomi, dan manajemen (yap kami ber-4 dari background yang berbeda-beda biar point of view nya ga monoton), kami kirim mini proposal itu. Alhamdulillah kelompok kami tembus 10 besar bersama teman-teman dari universitas lainnya.
Berangkat lah kami ke Yogyakarta dan kemudian disambut LO yang dimodusin salah satu dari kami ber-4 (BUKAN GUE). Well, hari pertama ini gue nervous parah. Presentasi dilakukan secara close. So, gue ga bisa benchmarking performa kelompok lain dan assuming kapabilitas juri. Kelompok kami juga sempet demot gara-gara dapet urutan 9, nunggunya sampe ngantuk-ngantuk. Berhubung gue adalah "tim hore" kelompok, jadilah gue first speaker yang mengajak para juri tepuk tangan dengan bernyanyi (like, seriously guys, gue tahu juri pasti udah lebih bosen dengerin orang-orang presentasi dari pagi sampe sore). Malemnya, ada gala dinner. Seriously guys (again) gue berasa kayak mau dinner kencan gitu wkwkwkwk padahal gue aja kagak pernah diajak dinner beratasnamakan kencan sama pacar gue yang gue dandan dandan sama pake baju bagus buat ke restoran gitu *salam sayang buat budi, wkwkwkwkwk*. Gatau kesambet apaan, pas acara bebas gue maju buat.................NYANYI duet sama anak itb. Seriously guys, biarpun cita-cita gue jadi vokalis stuck gara-gara gak dapet restu, gue udah cukup seneng kok karaoke di depan partisipan dan panitia *pengen pasang emot nangis bahagia*.
Besokannya, pergilah kita kita ke tourism village di jogja buat on the spot project managament case. Field case ini menuntut kita kreatif dan mikir cepet. Pasalnya sebelum sampe di venue, kita buta sama sekali mau dibawa kemana dan kayak apa keadaannya. Setelah brainstorming selama 2,5 jam, diperolehlah proyek pembangunan "Lintasan Dewi Peri" dengan unique value "customer's health experience" (soooo TI and sooo elsa). Intinya sih karena kita melihat desa wisata penting sari di kaliurang itu udah well-maintain, kita cuman mau added value buat developing tourism aja, so.......yang mau kita bikin adalah track sepeda dan jalan setapak refleksi di jalur tertentu. Selain unsur refreshing, unsur sehatnya juga dapet. As usual, gue adalah first speaker yang kembali membuka presentasi dengan yel-yel dan spik-spik macem "landscapenya yang indah, udaranya yang sejuk". Hari kedua ini gue enjoy banget dan lepas banget ngomongnya, mungkin karena faktor presentasi di alam terbuka jadi pikirannya lebih positif. Ngejawab (atau ngedebat?) pertanyaan juri pun jadi lebih lancar. Di hari kedua inilah kami mulai gak respek sama salah satu juri karena pertanyaan yang diajukan gak esensial banget terkesan hanya "formalitas" (gak usah dibahas lah ya pertanyaannya apa).
Di babak grand final (hamdalah masuk 5 besar), kami diberi materi baru dan masih harus mempersiapkan final presentation proyek utama kami. Kenapa yak, tiap kali ada event di hotel, waktu tidurnya pasti sedikit, padahal sayang banget tuh kasur empuk kamar dingin ga dipergunakan sebaik-baiknya (dih ga usah ikut lomba kalo mau numpang tidur di aston doang). Fyi aja, di hari terakhir ini kita ber-4-an cuma tidur 2 jam. Selesai rangkaian acara jam setengah 12, tidur, bangun lagi jam setengah 2 buat revisi-revisi.
Tidak seperti 2 sesi sebelumnya, final presentation akan dilakukan secara open. Di hari terakhir kami mendapat urutan the lucky number, presentasi di urutan terakhir. Setelah melihat tim-tim lain dari undip, itb, ugm, dan ui, jujur saja gue gak merasa jiper. Gue masih sangat yakin dengan performa kelompok gue. Berhubung teks presentasi udah hafal mati, kita jadi gak running lagi. and because we do have too much free time, kita malah running berkali-kali buat opening dan closing statement (baca: yel-yel). Kita sadar, kita presentator terakhir, gamau dong jadi tim yang biasa aja, we have to be memorable. Kalo dilihat grafik spiritnya, pasti makin siang makin jadi kurva negatif. Sialnya lagi, giliran kita presentasi, mac panitia ga bisa play prezi. Men udah mau keren-keren presentasi pake prezi tapi laptopnya cupu, zzzzzzz. Lama lah ngotak-ngatik teknis dulu, yaudah ide banget deh kita yel-yel dan minta tepuk tangan di depan juri, panitia, dan semua peserta (sekali seumur hidup gapapa lah yaaa). Selain final presentation, hari terakhir ini ada juga simulation game yang mengharuskan kita belajar materi yang namanya earned value analysis. Dan karena kemampuan spasial gue ummm.....lebih parah daripada anak TK, yah kemampuan engineering untuk membangun sebuah paper tower pun...........tidak usah dibahas lebih lanjut *bersyukur dulu ngelepas ftsl itb karena nyerah banget untuk urusan bangun-membangun infrastuktur/bangunan*
Oke kembali ke judul: don't underrate. Pada akhirnya, kelompok kami emang pulang tinggal nama. Sebelumnya kalo gue boleh sombong nih, setelah membanding-bandingkan performa kelompok kami dengan yang lainnya yaaa.....bisa laaah....3 besar.....bahkan juara 1 dilihat dari bobot materi dan presentasi yang gak "one man show" seperti kebanyakan kelompok. Tapi kenyataannya kita cuma bawa pulang plakat dan styrofoam bertuliskan "4th place" (yang akhirnya ditinggal di jogja wkwkwk). Sempet kesel juga dan mempertanyakan kompatibilitas juri karena pas dikasi liat transparasi nilainya, kok bisa ada hasil yang sangat timpang, satu juri ngasi kita peringkat 1, sedangkan satu juri yang lain ngasi peringkat 9. Kita emang gabisa ngejudge gitu aja, karena selama ini kita hidup di lingkungan dan dapet ilmu manajemen proyek di lingkungan akademisi, bukan ranah praktisi. Mungkin pelajaran untuk kompetisi selanjutnya, DON'T EVER UNDERRATE baik saingan, juri, atau mungkin penyelenggara. Disadari maupun tidak, background pendidikan (asal universitas) sedikit banyak mempengaruhi pembawaan diri kita dalam kompetisi. Nah pembawaan diri bisa berupa percaya diri atau jika tidak dapat dikelola dengan baik malah menjadi tinggi hati. Seriously guys, gue mengalaminya berkali-kali, baik di jenjang percaya diri sampai tinggi hati. Maka dari itu gue masih harus lebih sering lagi mengikuti acara semacam ini karena selain menambah kenalan sambil transfer wawasan dari universitas lain, juga untuk melatih manajemen rasa percaya diri to speak, to impress, to win.
So......sampai jumpa di kompetisi keilmuan selanjutnya!