Anak KP Berau Coal edisi Juli 2013 |
Ketika lo googling
untuk mencari tahu apa itu Berau, kemungkinan hasilnya Cuma 2: Derawan dan
Berau Coal. Inilah kota yang menjadi “rumah” sementara gue selama 2 bulan. Di
Berau Coal gue melaksanakan kerja praktek yang
sumpeh-gak-kuat-gue-kalo-harus-kerja-kayak-begini: berangkat jam 7 pagi, sampe
head office duduk anteng depan laptop sampe jam setengah 6 sore.
Sekarang gue bukan mau
cerita gimana asem manisnya kerja di pertambangan. Gue mau ceritain Berau dari
sisi lainnya, DERAWAN!!!!!!!!!!! Dan KAKABAAAAANNNNNN!!!!!!!!!!!.
Weekend kemaren, gue
bersama 4 temen rantau seperjuangan yang pada lagi KP juga sama-sama mati
kebosanan. Secara dadakan, muncul aja wacana mau ke derawan dan keliling pulau
sekitarnya. Gak peduli lagi bulan puasa.
Walaupun derawan
terhitung masih bagian dari kabupaten Berau, jangan dikira perjalanan kesana
Cuma sejam dua jam dan sekali jalan sob. You know Kalimantan, beda kecamatan
aja jaraknya kayak beda kota. Dari tanjung redeb (kantor berau coal, ibukota
kabupaten berau) harus pesen travel ke tanjung batu yang memakan waktu 2 jam.
Sampe tanjung batu, nyebrang lautan pake speed boat selama 30 menit. Baru sampe
di pulau derawan. Kita ber5 nginep di losmen apung. Apa itu losmen apung?
Semacem penginapan panggung berbahan baku kayu ulin yang mengapung di atas
laut. Sekali tu kayu jebol, hanyut deh. Tapi asli indah alami banget. bahkan
dari lantai kamar lo bisa ngeliat perairan di bawah lo karena kayunya dibuat
renggang-renggang.
The "losmen apung" |
FYI, mereka ber4 ini
dari awal mau ke berau coal niatnya udah melenceng. Gue sih ga berniat vacation
jadi gak ada persiapan perlengkapan liburan satupun. Nah mereka….mau ke Berau
emang karena mau ke derawan -______-. Baju renang, sunblock, kacamata, kamera, kacamata
renang lengkaaaap. Gue? bawa 1 koper isi buku sama 4 macam sepatu (“niat” kerja
sekali ya). Mereka semua traveller pelanglang buana yang udah adventure ke alam
di kota mana-mana, makanya mereka pada niat banget buat menjelajah derawan dan
kakaban. Gue? traveller amatiran yang gampang capek dan gamau susah namun tak
pantang menyerah, wkwkwkwkwk.
Speed Boat kapasitas 6-7 orang |
Berhubung jiwanya
bolang semua, sampe di derawan Cuma naro barang langsung cus buat berlayar ke
pulau kakaban. Mau ke kakaban mesti pake speed boat lagi. menjelajah lautan
lagi selama…..1,5 jam. Enggak recommended buat yang mabok laut sama takutan
tenggelem kayak nyokap gue (seriously, nyokap naik perahu beratep dan gede ke
gili meno istighfar sambil merem dan nahan muntah sepanjang jalan). 1,5 jam
mengarungi lautan lepas pake speed boat kapasitas 6 orang tanpa atap tanpa life
vest, bolang abis.
Pantai di pulau Kakaban |
Pulau kakaban itu
pulau kecil tak berpenghuni yang dikunjungi orang pure untuk berwisata *berenang
bersama ubur-ubur*. Gak ada orang lain selain kita. Sepi dan “biru” banget
karena belum komersil kayak gili trawangan atau pantai kuta. Satu pulau serasa
milik ber5, whooooaaaah. Baru liat pantainya aja, yaampun transparan seksi
gitu. Pantai terseksi yang pernah gue liat sejauh ini adalah Gili meno, dan
seriously pantai disini jauh lebih seksi, awww.
LAGUNA UBUR-UBUR, CUTE BANGET KAN! |
Kalo lo googling image
kakaban, hal yang akan memenuhi layar computer adalah ubur-ubur. Ubur-ubur oren
kecoklatan dan transparan. Begitu gue sampai di danaunya. Subhanallah,
pemandangannya Subhanallah banget (ini belom nyelem, baru liat dari permukaan
udah teriak-teriak kegirangan). Seperti melihat kolam gede dengan berjuta
ubur-ubur. Apalagi ubur-uburnya bisa diajak renang bareng. Usut punya usut,
katanya ubur-ubur disini adalah ubur-ubur yang terperangkap di air payau.
Karena di laguna ini gak ada predator, sehingga si ubur-ubur berevolusi
kemudian “kehilangan” alat sengatnya dan kemudian beranak-pinak sampai
berjuta-juta. Di dunia, Cuma ada 2 alam bahari sejenis. Satu di kakaban, satu
lagi di daerah samudera pasifik (terus harus berenang di samudera gitu? Haha). Dan
katanya, yang di Kalimantan Timur ini adalah yang terbesar sehingga dinobatkan
sebagai world heritage. Ngerasa beruntung banget bisa dikasih kesempatan yang
“mahal” kayak gini, karena emang kalo mau kesini biayanya literally mahal.
KAPAN LAGI COY? KE KAKABAN PAKE TIKET PESAWAT GRATIS.
kayak mainaaaaan! |
Setelah “nyemplung” ke
danaunya, mulailah sensasi-sensasi “kembali ke alam” beterbangan bersama
ubur-ubur yang menari-nari. Agh, sekali lagi pemandangan yang mahal dan langka
banget. Hehijauan, langit yang cerah, dan cuaca yang mendukung. Snorkeling
diantara lautan ubur-ubur dan alga. Melihat kedalaman laguna dari balik
kacamata snorkeling. Melompat yang tinggi kemudian pasrah jatuh dihempas
gravitasi dalam air. Menyentuh ubur-ubur yang badannya serapuh jelly. Agh :”)
tapi kelelep gara-gara belom bisa napas pake mulut.
Biruuuuu |
Tidak cukup puas
menyelam di danau, kami berlanjut snorkeling ke lautnya. Ini nih wisata bahari
yang bener-bener seksi saking jernihnya. Beruntung dapet kamera underwater
pinjeman yang bisa mengabadikan fenomena alam ini (pics=no hoax! :p). bahkan
dari balik lensa kamera semuanya masih keliatan asri banget, kebayang gak kalo
diliat dengan mata telanjang gimana?. Karang-karang, ikan-ikan, biota laut yang
baru kali ini bisa gue liat dengan sangat jelas (sebagai benchmark=snorkeling
di pantai-pantai jawa-bali Cuma bisa liat pasir larut di air laut doang).
Bahkan kami berenang sampai ke bibir palung kedalaman lebih dari 100 m. dan
berhubung gue adalah pecinta alam yang cupu, berenang-renang sampai ke tengah
lautan dengan life vest (gue masih sayang nyawa coy), 4 orang lainnya berenang
tanpa life vest ke tengah laut lepas. Gila gak, bolang abis kan bocah-bocahnya
-.-
Menghabiskan tenaga
untuk bermain air di kakaban, destinasi selanjutnya adalah pulau sangalaki.
Pulaunya berpenduduk, tapi gak boleh nyalain listrik tiap malem, dan karena gak
punya sumber air tawar (nah loh setres gak lu jadi penduduk situ?). air buat
mandi minum cuci-cuci harus ngangkut dulu pake speed boat dari pulau derawan
pake tangki-tangki air. “air tawar sudah berasa emas”, ujar seorang penduduk.
Dan gak boleh nyalain listrik karena wilayah ini adalah area observasi penyu.
Kalo nyalain listrik, penyunya kabur gak jadi beranak -.- (beranaknya kan
malem-malem). Di pulau ini kami hanya ciplak-cipluk main air di pantai.
bayi pari |
Sembari perjalanan
pulang, kami mampir dulu ke hamparan pasir di tengah laut yang dinamakan
“gosong”. Gosong ini hanya muncul ketika air laut surut. Beruntungnya, saat itu
air sedang surut sehingga kami bisa mampir di hamparan pasir tengah laut
seperti “manusia terdampar”. Dan disini gue bisa liat bayi-bayi ikan pari
berenang-renang.
Kami tidak mampir di
pulau maratua karena medannya bagus untuk diving, tidak untuk snorkeling. Mesti
persiapan kuat nafas sama budget gede dulu ye kalo mau diving.
Setelah pulang kembali
ke derawan di sore hari, kami keliling kampung, tapi ndak ada apa-apa.
yang pake life vest itu gue |
Besoknya, kembali
berwisata bahari di sekitar pulau derawan. Tadinya, gue gak berani ikut
rombongan ke tengah laut. Tapi setelah “nyemplung”, tau-tau udah di tengah aja,
permukaannya udah kayak di ujung dunia. Kembali mencuci mata dengan biota laut
pulau derawan. Ada penyu umurnya 40 tahun gedeeee banget. bisa pegang bintang
laut warna-warni yang kayak mainan. Kegesek-gesek karang yang bikin tangan kaki
luka. Dan yang paling penting, di hari kedua main nyemplung-nyemplungan ini
AKHIRNYA GUE BISA BERTAHAN NAFAS PAKE MULUT LEWAT ALAT SNORKELING. Tadinya,
kalo di dalem air gue hanya bertahan beberapa detik sambil nahan nafas. Namun
karena tidak berhenti mencoba, akhirnya gue berhasil melelepkan muka ke air
dalam hitungan menit. Dengan bisa melelepkan muka berlama-lama, cuci matanya
jadi lebih memuaskan, haha (tapi belom berani lepas life vest).
foto ini no filter. dasar lautnya keliatan! |
Sebenernya sayang,
sayaaaaaaanggggg banget udah jauh-jauh ke derawan, kakaban, tapi gak jago
renang. Pengen banget kayak mereka-mereka yang berani nyelem di laut lepas
tanpa takut kelelep. Life vest itu ganggu karena seolah menjadi hijab lo dengan
alam yang mencoba bersahabat. Next time, gue mau lagi, mau banget menambah
pengalaman gue dalam berwisata bahari (ngakunya orang bali kaaan, ngakunya anak
pantai kaaan). Mungkin lain kali gue akan coba magang (biar tiket pesawatnya
gratis) di daerah yang lebih jauh lagi, eksplor lebih dalam lagi, dan ngeblog
yang lebih seru lagi! *anaknya sok-sok mobile banget gitu*. Tapi seriously,
siapa sih di dunia ini yang gak suka travelling? Gak ada kan?. Kalo boleh
menulis mimpi, gue pengen banget bisa honeymoon ke santorini ngeliat alam biru
yang lebih seksi lagi (ye gak bud? Wqwqwqwq).
Pulangnya, mesti naik
speed boat lagi. kedinginan diterpa angin laut karena lupa bawa jaket.
Sepanjang perjalanan pulang merenung aja. By the way, gue baru berulang tahun
yang ke…..20. ulang tahun yang jauh dari orang-orang terdekat. Tanpa hadiah,
tanpa selebrasi :(. Yang akhirnya membuat gue menjadi merenung di tengah gemuruh
ombak. Alhamdulillaaaaaah bisa dikasi kesempatan untuk menikmati ciptaan Allah
yang super Subhanallah. Alhamdulillaaaaaaah dikasi nikmat sehat dan waktu
luang. Alhamdulillaaaaaaaah punya orang tua yang masih mampu membiayai
“kebutuhan liburan” (dan tiket pesawat pulang kampung berau-denpasar harga
lebaran yang lebih dasyat daripada harga tiket pesawat ke Australia).
Alhamdulillah 20 th
and life’s good :)
Kalau dikasi
kesempatan, mau sering-sering mengucap kagum menikmati ciptaan-Nya yang lebih
Subhanallah lagi.