Keunggulan toyota tak hanya terletak pada alat dan metode, tetapi juga filosofi bisnis yang mengacu pada apa yang memotivasi orang-orang. The Toyota Way merupakan suatu filosofi manajemen yang meliputi Toyota Production System dan terdiri dari 14 prinsip yang mendasari filosofi tersebut. Pada The Toyota Way, manusialah yang membawa sistem pada kehidupan: bekerja, berkomunikasi, memecahkan masalah, dan berkembang bersama. Perusahaan-perusahaan Jepang terdahulu, pekerjanya aktif membuat saran perbaikan. Namun the Toyota Way melampaui standar ini, dimana perusahaan mendorong, mendukung, dan menuntut keterlibatan karyawan. Masalah-masalah seperti mengurangi persediaan, mengidentifikasi masalah yang tersembunyi, dan memperbaikinya digantungkan pada karyawan. Dengan begini para karyawan memiliki rasa waspada, bertujuan, kerja sama, serta tanggung jawab. Prinsip yang mendasari kerja sama ini disebut 5S: Sort, Stabilize, Shine, Standardize, Sustain. Dalam penerapannya, dibutuhkan kombinasi serta komitmen manajemen, dan budaya yang dapat mempertahankan peningkatan perilaku kebiasaan untuk manajemen.
14 prinsip dasar filosofi manajemen pada the Toyota Way dirangkum dalam empat kategori, yakni: berpikir jangka panjang, memiliki proses untuk memecahkan masalah (proses yang benar menghasilkan output yang benar), penambahan nilai bagi organisasi dengan cara mengembangkan orang-orangnya, dan menyadari bahwa memecahkan masalah secara terus-menerus mendorong proses belajar organisasi. Toyota sukses karena kemampuannya mengembangkan pemimpin, membangun tim karyawan untuk menjadi pemecah masalah, memupuk budaya yang mendukung, membangun hubungan dengan pihak yang menguntungkan, memuaskan pelanggan, dan mempertahankan organisasi pembelajar.
Prinsip 1: Mendasarkan keputusan manajemen pada filosofi jangka panjang, bahkan bila harus mengorbankan tujuan keuangan jangka pendekSegala keputusan bisnis didorong oleh filosofinya. Pada umumnya sebuah perusahaan memiliki tujuan menghasilkan output yang unggul disertai peningkatan terus-menerus hingga menghasilkan untung sebesar-besarnya bagi pemegang saham. Sebaliknya Toyota tidak bertujuan menghasilkan produk berkualitas yang laku keras dan memberi untung besar bagi para pemegang sahamnya. Namun perusahaan ini memiliki misi untuk memberikan kontribusi bagi berbagai pihak, yakni pertumbuhan ekonomi bagi negara asal, stabilitas dan kesejahteraan anggota organisasi, serta pada pertumbuhan Toyota secara keseluruhan. Inilah yang dijadikan alasan untuk membuat produk yang unggul. Toyota menantang para karyawan untuk berkontribusi serta menciptakan sejarah dalam perusahaan dengan tujuan mendapat bisnis dan keuntungan yang berulang selama hidupnya.
Prinsip 2: Membuat aliran proses kontinu untuk mengangkat permasalahan ke permukaanMendesain ulang proses kerja demi meringkas pemborosan yang tidak menambah nilai.
Pemborosan tersebut antara lain: produksi berlebih, waktu menunggu, gerakan yang tidak diperlukan, cacat, serta kreativitas karyawan yang tidak digunakan. Aliran proses kontinu berarti ketika pelanggan memesan, inilah yang memicu proses, hanya sesuai dengan pesanan tersebut kemudian secara cepat mengalir pada pelanggan.
Prinsip 3: Menggunakan sistem tarik (pull) untuk menghindari produksi berlebih Keseluruhan produksi hanya disesuaikan dengan permintaan, dengan kata lain persediaan adalah sebanyak nol.Namun karena dapat dipastikan adanya hambatan alami maka diperlukan sejumlah persediaan yang disimpan dalam gudang material dan diisi ulang dengan sistem tarik.
Prinsip 4: Meratakan beban kerja (heijunka). (bekerja seperti kura-kura, bukan seperti kelinci)Ketidakseimbangan disebabkan oleh jadwal produksi yang tidak teratur ataupun volume produksi yang tidak sesuai. Manfaatkan tenaga manusia dan mesin sesuai dengan kemampuannya. Membebani manusia secara berlebih berdampak pada keselamatan kerja dan kualitas, membebani mesin secara berlebih menyebabkan kerusakan dan produk cacat.
Prinsip 5: Membangun budaya agar berhenti memperbaiki masalah, sehingga kualitas yang tepat diperoleh sejak pertama kaliPrinsip ini memberikan otoritas bagi karyawan untuk menghentikan proses produksi apabila terjadi kesalahan yang berhubungan dengan kualitas. Menggunakan segala peralatan modern sesuai kemampuan untuk mendeteksi masalah dan secara otomatis menghentikan proses produksi jika terdapat masalah.
Prinsip 6: Tugas dan proses yang terstandar merupakan dasar untuk perbaikan secara terus-menerus dan pemberdayaan karyawanMenggunakan metoda yang stabil dan dapat digunakan secara terus-menerus. Meskipun Toyota memiliki suatu sistem yang baku, perusahaan ini selalu terbuka akan perubahan dengan perkembangan yang terus menerus. Setelah adanya proses yang terstandar, lakukan pembelajaran bagi karyawan.
Prinsip 7: Menggunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyiMemasang alat bantu visual dimana pekerjaan tersebut dikerjakan untuk membantu menyelesaikan masalah dengan segera. Namun hindari penggunaan alat bantu visual yang dapat memecahkan fokus pekerja.
Prinsip 8: Hanya menggunakan teknologi yang handal dan benar-benar teruji untuk melayani orang-orang dan prosesMenggunakan teknologi untuk mendukung manusia, bukan untuk meniadakan manusia. Lakukan pengujian terhadap teknologi tersebut, jangan sampai menganggu stabilitas proses produksi.
Prinsip 9: Mengembangkan pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaan, menjiwai filosofinya, dan mengajarkannya pada orang lain Memunculkan sosok pemimpin dari dalam organisasi bukan dari luar. Melihat seorang pemimpin bukanlah dari hasil pekerjaannya, namun seorang pemimpin juga semestinya dapat menjadi panutan Serta mengerti dan memahami makna pekerjaanya, sehingga dapat menjadi guru bagi filosofi perusahaan. Perusahaan Toyota adalah generasi kepemimpinan yang sukses.
Prinsip 10: Mengembangkan orang-orang dan tim yang luar biasa yang mengikuti filsafat perusahaan Keberhasilan suatu perusahaan tidak dapat diperoleh secara individu, akan tetapi oleh tim. Maka dari itu dibutuhkan kerja sama yang kuat. Tim dibentuk dengan fungsi yang berbeda-beda guna meningkatkan kualitas dan produktivitas dalam penyelesaian masalah. Budaya yang kuat dan stabil untuk jangka panjang juga diperlukan.
Prinsip 11: Menghormati jaringan mitra kerja serta pemasok dengan cara terus menantang mereka untuk berkembang Memperlakukan supplier sebagaimana karyawan. Memberikan tantangan untuk membuat atau melakukan sesuatu lebih baik. Anggap rekan dan supplier sebagai perpanjangan dari bisnis perusahaan, maka harus diperlakukan dengan baik. Dengan memberikan tantangan, akan ada nilai lebih yang berdampak pada perkembangan.
Prinsip 12: Pergi dan melihat sendiri agar dapat benar-benar memahami situasi (genchi genbutsu)Tanpa merasakan dan melihat suatu permasalahan tidak akan diketahui bagaimana cara mengembangkannya.
Prinsip 13: Membuat keputusan secara perlahan melalui konsensus, seksama mempertimbangkan semua pilihan, dan melaksanakan keputusan dengan cepat (nemawashi) Menghasilkan jalan keluar dari suatu masalah dengan mendiskusikannya. Parameter yang digunakan untuk mendiskusikan masalah antara lain: pergi dan lihat apa yang terjadi, tentukan penyebab utamanya, berikan alternatif solusi sebanyak mungkin, dan terakhir lakukan voting untuk menghasilkan resolusi. Perhatikan dengan seksama alternatif yang ada. Bila sudah diputuskan penyelesaiannya, bergerak dengan cepat.
Prinsip 14: Menjadi organisasi pembelajar melalui refleksi yang terus-menerus (hansei) dan peningkatan berkesinambungan (kaizen) Proses refleksi adalah proses yang tidak ada habisnya, karena kritik akan selalu muncul dalam berbagai aspek dalam proses produksi. Penyelesaian terhadapa masalah akan menghasilkan pengembangan secara berkesinambungan sehingga menjadi sistem produksi yang lebih baik.
Dalam the toyota way, bukanlah mengikuti alat-alat yang dipergunakan toyota dalam bidang manufaktur tertentu, akan tetapi bagaiman mengembangkan prinsip yang tepat bagi organisasi dan ketekunan demi mencapai kinerja baik setinggi-tingginya. Prinsip toyota merupakan pedoman titik awal yang bagus. Pada dasarnya ialah menjadi kompetitif dan berkeuntungan. Perusahaan Toyota tidak hanya cakap membuat mobil, juga pandai mengelola membangun manusia dengan berbagai program pengembangan sumber daya manusia.