Kalian bersahabat, dulunya. Sekarang bagaimana jika aku ganti: KAMI BERSAHABAT.
Hari minggu, pengumuman kelulusan audisi TIMBC. Sebenernya nilai udah keluar dari hari jum’at. So, hari jumat itu gue udah tau nilai gue 82. Mm kalo boleh sombong dikit sih nilai tertinggi di bass drum. Surprisingly, banyak senior-senior yang nilainya ga bagus-bagus amat, standar bahkan agak ehm gimana gitu ya. Gue rasa si senior-senior yang sebenernya udah jago itu mungkin agak meremehkan audisi karena materinya at least relatif mudah. Kalo gue sih ya jujur aja punya prepare dan effort yang cukup mungkin. terutama sinkronisasi musik sama tempo metronome. Berhubung gue punya keyboard yang ada metronome-nya ya trial-trial lah di sela-sela kesibukan belajar untuk UAS (wow “sibuk belajar”). Mungkin aja mereka-mereka yang nilainya ga bagus-bagus amat ga terbiasa menyesuaikan diri dengan constant motion dari metronome. Apalagi pas audisi suara snare-nya kenceng abis automatically tempo metronome akan tenggelam pas pukulan forte. Gue mengakali dan merecovery nya dengan melihat jarum metronome dan nyala merah lampunya. Alhamdulillah pas audisi gue ga nervous. Seperti kata nimon: sedikit masalah di ritmik dan dinamik. Masalah tempo ga loss berlebihan. Dan satu lagi, pukulan gue terkesan letoy agaknya.
Kalo di bass drum sendiri dari 7 member nilai audisinya:
Gue: 82, teguh: 81, meka: 74, adlina: 74, anggra: 74, prima: 73, vinda: 69
Gue sendiri heran kenapa meka, anggra, terutama vinda nilainya segitu.
Entahlah siapa yang akan (istilah kasarnya) tersingkir. Berhubung nilai gue ehm bagus-bagus aja wajar dong kalo gue berpositif thinking ada dalam safety zone.
Ternyata pas hari minggu di announce-lah siapa-siapa yang ada dalam posisi genting, baik lulus bersyarat ataupun terbilang unqualified. Guess what? Vinda & anggra was included. Nama-nama yang disebut banyak yang ga disangka-sangka.
Bass drum which is only consisted of 5 person. Meka, gue, prima, adlina teguh. Gue ditaro di BD 2. Artinya, banyak tonal banyak roll. Hore, karena beban yang harus gue pikul turun derajat dari 3 ke 2. Challenging, karena jujur aja gue orangnya moody banget kalo nerima materi. Sekalinya ga mood ya lola. Mana tangan kiri gue (istilahnya karjo) impoten kalo lagi tempo dikejar anjing. Ya dicoba dulu lah.
Malem itu, vinda dan anggra ga bisa membendung kesedihan. Gue yakin ga Cuma tertawa, sama ngantuk aja penyakit yang paling cepat penularan tanpa media perantaranya. Yang namanya sedih juga contagious. Anggra masih bisa ketemu kita, masih bisa ngomong saat itu juga. Sorot dan sinar matanya itu bikin ga tega. Di forum itu, biancha jadi ga berkutik begitu juga dengan meka, apalagi gue ga bisa ngapa-ngapain. Gue anak yang paling baru di bass drum udah bisa merasakan bagaimana seharusnya hati para BD-ers itu bersatu akan mempengaruhi sound yang dihasilkan. Di forum itu anggra ga membahas banyak tentang dirinya sendiri, justru lebih banyak membicarakan vinda dan tentunya menarik simpati. “kenapa hal yang justru kita bilang ke orang banyak, malah hal itu yang ga kita dapetin”. Ok, gue tahu banget gimana rasanya ketika lo sangat bersemangat dan berkoar-koar ke semua orang tapi akhirnya sesuatu itu belom kesampean. ya i’m the person who dont wanna talk somebody about something what i cant surely get. Anggra said “ vinda ga bilang ke orang lain kalo dia bisa main piano, dia ga bilang dia bisa main gitar, tapi yang dia bilang ke orang gue bisa main bass drum”. Saat itu gue tahu mereka sangat terpukul dengan keputusan. Terutama vinda yang ga bisa nyamperin dan disamperin. Gue tahu persahabatan yang udah terbentuk antara meka, anggra, sama vinda itu tightly banget. Dan gue mencoba merasakan juga gimana ada di posisi meka, ketika Cuma dia yang bertahan tanpa mereka. (wah my words are so heartless). Gue, sebagai anak yang paling fresh dan penyusup baru diantara kebersamaan yang lebih lama terbentuk diantara senior bass drum dan cadets bass drum terbersit rasa agak ga enak juga karena secara ga langsung gue menggeser satu posisi yang seharusnya dimiliki oleh salah satu dari vinda atau anggra. Maaaaaaafffff banget.
Walaupun gue tergolong baru, gue bisa merasakan sangat enjoy berteman dengan mereka. Hm, ga seperti dulu gue di snare atau di pit. Biarpun gue ga suka-suka banget ama alatnya (bass drum), tapi gue lebih suka suasana dan atmosfir yang terbentuk dari beratnya bass drum gede-gede.
Dulu sebelum kenal sama anggra, first impression gue terhadap dia, dia orangnya sengak, sombong, dan nyebelin. Setelah kenal mungkin yang menyebabkan dia terlihat seperti itu karena dia orangnya emang cerewet banget, hahaha sorry for saying this anggra...certainly i’m gonna miss your screamy and loudy voice btw. Siapa lagi yang akan nyari gue dengan manggil teriak-teriak. I know u’re great person who cares about people, kecuali pacarnya yang malah dihindar-hindarin.
Kalo vinda, siapapun yang melihatnya pertama kali akan berpikir hal yang sama dengan gue: preman. Vinda dengan postur bongsor emang unbeatable banget ditambah kecintaannya pada bass drum 5, perfectly matching. Gue pikir posisinya sebagai BD5-holder akan irreplacable. Vinda orang yang paling fun, nyantai, dan apa adanya. Dari ketiga senior yang ada, gue paling suka cara ngajarnya vinda. Ga pernah marah dan kesel kalo gue ngulang-ngulang mulu. Ketawa-ketawa sambil bilang “bisa bisa” ketika gue bilang “aduh salah mulu, susah banget, dll”. Dia yang nyuruh gue nikmatin musik dengan ngafalin iramanya baru setelah itu sadari polanya. Kebiasaannya pasti bikin kangen, goyang-goyang khas yang ngangkat kaki (haha actually it’s hard to visualize the motion over the words), sama kebiasaannya yang tiba-tiba suka ngedorong bahu ala bullying (vinda i’ve ever followed this, this manner was so “you”) sambil bilang “apa lu?”. Siapa lagi yang akan sesangar ini?.
Hari seninnya, diadakanlah meeting internal bass drum. Walaupun yang bisa hadir Cuma ber-5 (exclude meka dan prima) plus alfi yang out setelah basic training. Banyak basa-basi dan out of topic selama pembicaraan. Hari minggu gue udah liat air mata anggra yang berderai-derai, hari ini vinda terlihat sangat menahan air matanya sampe ga berderai Cuma membendung di ujung tombak pelupuk mata. Lagi-lagi karena gue orangnya perasa banget (iya lho beneran) gue mencoba merasakan gimana ada di posisi dia, eh but i’m not those who are like heartless-cry-babe, ya walopun gue perasa gitu tapi gue bukan tipe cengeng. Dia cerita gimana mimpi dia untuk proyek ini udah besar banget. waktu dia dengerin rekaman gpmb 2010 gimana permainannya itu over power, dia bertekad untuk memperbaiki permainannya di proyek selanjutnya. Mimpi itu udah dibangunnya bareng meka, mimpi itu ditumpunya diatas harapan yang besar. tapi apa daya, ketika sudah mengharap sesuatu tapi akhirnya ga bisa, mimpi ini harus stop disini, dan harus ada orang lain yang ngelanjutin. Sebagaimana kata budi sang pelatih juga, pikirin perasaan mereka-mereka dengan cara giat latihan. Jangan membuang kesempatan yang udah dikasi dimana orang lain belom bisa dapatkan. Kata vinda: kalian main juga buat kita yang ga kepilih. Lanjutkan mimpi dan obsesi. Tingkatin segalanya, especially gue tingkatin POWER katanya. Yang berat adalah ketika lo udah mulai jenuh dengan latihan, merasa semua ini berat. Namun ketika kita bersahabat, support, spirit, dan aura positif bisa dateng dari mereka. Ya tonal BD akan mengalir sebagai bukti penyatuan hati (apa sih gueeeeeee)
Ketika harus berbahagia, akhirnya mendapat apa yang diinginkan. Namun kehilangan, mereka yang telah membangun rasa cintanya lebih dahulu, dan menularkannya pada generasi baru. Ga kehilangan secara eksplisit, mereka masih ada, mereka masih akan menjadi keluarga MBUI, tapi ntah mereka bilang ga akan balik ke bass drum. Jadi kalo disimpulin apa ya? Ya gue akan merasa bahagia untuk kalian, dan membutuhkan kalian untuk mengajari gue banyak hal J.
the six of us (L to R): alfi (ex-BD1), me, teguh (behind me), adlina, anggra, and vinda
prima and meka, ur picture will be appeared on my blog ASAP
Readers, i appreciate you to read this but please dont judge anything on me ya!!