break out of comfort zone

on Monday, September 3, 2012
1. about to crash- dream theater


She can't stop pacing
She never felt so alive

Her thoughts are racing
Set on overdrive

It takes a village
This she knows is true
they're expecting her
And she's got work to do

He helplessly stands by
It's meaningless to try
As he rubs his red-rimmed eyes
He says I've never seen her get this bad

Even though she seems so high
He knows that she can't fly
and when she falls out of the sky
He'll be standing by

She was raised in a small midwestern town
By a charming and eccentric loving father
She was praised as the perfect teenage girl
And everyone thought highly of her

And she tried everyday
With endless drive
To make the grade
Then one day
She woke up to find
The perfect girl
Had lost her mind

Once barely taking a break
Now she sleeps the days away
She helplessly stands by
It's meaningless to try
All she wants to do is cry
No one ever knew she was so sad

Cause even though she gets so high
And thinks that she can fly
She will fall out of the sky
But in the face of misery
She found hopefulness
Feeling better
She had weathered
This depression
 ___________________________________________________

She can't stop pacing|She never felt so alive|Her thoughts are racing|Set on overdrive| It takes a village|This she knows is true|they're expecting her|And she's got work to do

Aku pernah berada dalam keadaan dimana aku berada dalam zona nyamanku, sangat menikmati hidupku. Aku masih sekolah, punya banyak teman, berhasil dalam hal akademik dan non-akademik. Hingga bertanya pada Tuhan mengapa hidupku begitu biasa, terlalu bahagia, tak dilanda apa-apa. Sangat kunikmati keadaan itu namun dalam keadaan bertanya-tanya apakah aku memang sedang disiapkan untuk ujian yang lebih besar setelah ini. Aku sedang berada dalam zona ternyamanku saat itu.

Ya, aku masih sekolah. Aku masih melabil. Aku masih tergila dengan akademik. Aku masih butuh banyak bergaul dengan teman seusiaku dan menjadi teratas di antara mereka. Nilaiku stabil karena di tahun itu sepertinya semua kebahagiaan bisa kudapatkan. Tahun itu aku biasa melihat paparan nilai yang ditempel di papan keramat itu, tersenyum senang melihat nilai fisika kimia dan biologi berpredikat tinggi, beberapa kali menjadi yang tertinggi. Aku menaruh harapan besar di tahun berikutnya, tahun terakhir menjadi seorang siswa di tingkat menengah atas. Impian besar sudah kutargetkan untuk menorehkan kenangan manis dan gemilang di tahun terakhir itu.
Benar adanya, hidup tak selalu di atas. Hidupku kemudian tidak seindah itu.

she helplessly stands by|It's meaningless to try|As he rubs his red-rimmed eyes|He says I've never seen her get this bad 

Semua yang telah aku torehkan di tahun sebelumnya, nilai akademik yang jauh membaik meningkat pesat dibanding tahun pertamaku di tingkat menengah atas. Semua itu sepertinya mendapat sedikit lirikan dari pihak sekolah. Ingat ketika itu beberapa hari pertama tahun terakhirku dimulai. Aku khawatir karena namaku tidak lagi ada di kelas reguler. Ketika wali kelas mengatakan “bagi yang namanya tidak disebutkan, silahkan mencari namanya di kelas lain”. Namaku tidak disebutkan waktu itu, ya aku dipidah ke kelas “istimewa”. Kalian yang tidak pernah sekolah di sekolah itu, tidak tahu artinya. Kalian yang tidak pernah seangkatan denganku, tidak tahu apa artinya hari-hari kalian di kemudian hari. Mungkin bagi mereka biasa saja. Bagi mereka yang memang selama 2 tahun sebelumnya ada di kelas itu, apa artinya?. Bagi mereka yang sudah terbiasa jadi korban “sistem sekolah” tidak masalah. Bagi kamu yang tidak tahu apa-apa apalagi, apa artinya pindah kelas?. Tapi bagiku itu adalah kali pertamanya aku harus benar-benar keluar dari zona nyamanku. Yang menjadi korban di tahun terakhir itu hanya kami berdua. Aku, dan sahabatku, tami. (untungnya) itulah satu-satunya hal yang menghiburku. Kami, di hari pertama itu, menangis sejadinya. Ya, komunitas itu memang sedikit terhindar di bidang akademik, persaingan di dalamnya bukan tipeku. Tak bisa kubendung air mata yang biasanya sangat mahal. Seharian itu aku tidak bisa menghibur diriku sendiri, tidak siapapun. Terbayang bagaimana aku akan mulai sangat bersaing dan mungkin akan jadi yang terbawah, tidak lagi santai-santai mencapai yang terbaik. Orang-orang tidak pernah melihat aku sesedih ini. Seperti yang kubilang sebelumnya, di tahun-tahun sebelumnya akulah orang paling bahagia sedunia. Dari yang paling optimis menjadi paling pesimis. 

Even though she seems so high|He knows that she can't fly|and when she falls out of the sky|He'll be standing by  

Sebenarnya aku tak semenderita itu. Ingat ketika itu, teman-temanku memberikan pengertian. Teman-temanku percaya tidaklah seberat itu. Aku biasanya sangat bersahabat dengan lingkunganku, mereka bilang pasti tidaklah sulit bagiku. Aku masih sangat pesimis. Aku mulai berpikir lagi, mungkin aku dahulu terlalu sombong sehingga harus dihadapkan dalam keadaan dimana aku bukanlah siapa-siapa. Ternyata aku terlalu rapuh untuk menghadapinya. Padahal tahukah betapa saat itu teman-teman terbaikku, guru-guruku, terlebih lagi ibu dan ayahku menaruh harapan besar padaku. Namun aku lebih memilih untuk jatuh.

And she tried everyday|With endless drive|To make the grade|Then one day|She woke up to find|The perfect girl|Had lost her mind 

Berhari-hari, berbulan-bulan, aku memaksakan diri untuk biasa saja. Biasa saja di luar. Tahukah apa yang terjadi di benakku? Penolakan dan penyesalan. Aku masih percaya harusnya bukan aku yang berada dalam keadaan ini. Memang saat itu, awalnya bukan aku yang menjadi “korban” ini, tapi kalau boleh menyalahkannya, dia yang seharusnya. Pikiran tak ada guna dan menyita waktu hanya membuatku lagi-lagi terlarut dalam kesedihan. Aku sebelumnya telah menemukan cara paling efektif untuk belajar. Tapi sepertinya cara itu sudah tidak mempan lagi. porsinya kurang, sangat kurang. Hingga di semester pertama itu, dengan segala kegundahan itu apa yang kudapatkan? Nilai rata-rata terendah kedua di kelas. Senyum yang dulu ketika melihat papan nilai tidak ada lagi. terlebih yang membuatku patah hati di tahun itu, pendaftaran universitas jalur PMDK adalah untuk yang terbaik di kelasnya. Aku patah hati, sangat patah hati, untuk mencobanya saja tidak punya nyali. Tahun itu tidak ada yang lain selain akademik, orang tidak akan memandang kalian di bidang lain. Aku belajar sangat keras, seolah dipaksakan, setiap pulang sekolah mukaku lesu. Sekali lagi, kalian yang tidak pernah bersekolah disini tidak tahu bagaimana rasanya.

All she wants to do is cry|No one ever knew she was so sad
Aku banyak menangis. Aku banyak menulis kata-kata melankolis di buku diariku. 

But in the face of misery|She found hopefulness|Feeling better|She had weathered|This depression

Ditambah lagi saat itu aku tidak mendapatkan jurusan pilihan di kampus impian. Aku jatuh lagi dan benar-benar merasa menjadi orang paling bodoh dan tidak diterima di jagad raya. Aku ingat aku sempat menjadi sangat rajin beribadah. Aku terus berdoa di kala solat malam untuk mendapatkan jurusan di universitas impian. Terus meminta doa dari kedua orang tuaku yang saat itu sedang di tanah suci. Belajar keras untuk persiapan tes dan mulai menemukan hati optimis. Tapi, lagi-lagi aku diuji, aku gagal. Hey tahukan kamu apa yang kulakukan setelah itu. Aku marah, marah pada siapa? Aku berani-beraninya marah pada Tuhan. Aku berhenti berdoa, aku tidak pernah lagi solat malam. Selanjutnya aku pasrah dan terus bertanya, aku kurang apa?. Setahun itu kulalui dengan tidak ikhlas. Aku seperti kehilangan semua yang telah kutanam sebelumnya. Senang, sebentar lagi aku akan keluar dari zona ini. 

Much to her advantage|She resumed her frantic pace|Boundless power|Midnight hour|She enjoyed the race

Sekarang, aku sudah benar-benar keluar dari keadaan itu. tidak pernah mencapai kampus impianku. Aku malah ada di kampus yang untuk tes masuknya aku tidak mempersiapkan apa-apa kecuali pensil 2b dan penghapus ditambah sedang sakit ketika tes berlangsung. Diterima di pilihan kedua. Awalnya berat hati dan masih berniat untuk mencapai cita-cita itu. Aku mengalami fase dimana aku terasing pada awalnya. menemukan zona paling tidak nyaman sampai sekarang ada yang paling nyaman. Yang kualamai dulu menjadi pelajaran untukku. Dari yang lingkupnya kecil siapa tahu di masa depan menemukan yang besar dan lebih besar lagi. hidup ini sebuah perjalanan bukan?

Aku mencoba berprinsip untuk berani keluar dari zona nyaman karena siapa tahu di luar sana ada zona yang lebih nyaman, begitu aku mengutip kata-kata dari seorang temanku.




p.s: lagu ini dikenalin pertama kali sama irsyad. Waktu itu dia ngajak ngeband lagu ini buat audisi escape. Tapi gue tidak menyanggupi karena ada proyek “another day”. akhirnya dia ngajakin mirza :DDD.

2 comments:

Shabrina said...

:'))
that moment....

elsa-athory said...

hiiii tamii dulu kita ahahaha...
tem yuk ikutan nulis laguku bercerita yuk

Post a Comment