Aku (kembali) merasa gagal
Kerapuhan,tak dapat ku tentang
Sejak kapan ia bersanding dengan egois
Merasa dilihat bodoh oleh orang lain,
Yang tercapai impiannya
Si rapuh tak sepenuhnya gagal,
Hanya sedikit kurang beruntung
Lagi-lagi ia tak dapat melihat terangnya matahari
Di balik awan berkabut
Tak mau sedikit menunggu untuk terima kenyataan,
Kalau masih ada kesempatan di depan.
Rapuh terlanjur jatuh,
Menodai pikiran dengan menganggap
Diri sendiri tak mampu, terlalu bodoh
Melihat sekitarnya yang selalu berhasil,
Tapi tak empati dengan mereka yang benar-benar gagal,
Tak seberuntung aku yang hanya kurang sedikit lagi.
Terlalu buruk sangka
Siapa suruh selalu mengurung dirimu?
Terlalu naif, siapa peduli dengan apa yang kau ingin,
Apa yang kau perjuangkan, dan apa yang kau capai
Terlalu sombong, hingga kira orang lain
Akan mengecap dirimu tak mampu
Padahal, tak sesadis itu.
Apa yang harus kuperbaiki?
Aku merasa kemarin adalah keadaan terbaikku
Dimana otakku dapat berpikir jernih
Orang terbaikku mengirim do’a ikhlas mereka
Betapa aku tak terharu?
Perasaan bersalah pasti ada.
Segala iringan do’a, semua orang tak pernah tahu
Betapa ada yang memperjuangkan diri mereka
Untukku, untuk kesuksesanku.
Kenapa bukti bahwa “keyakinan” itu pasti,tak muncul pada diriku?
Tak boleh aku membersitkan keyakinan.
Lalu berarti,
Apa kata orang-orang sukses itu dusta?
Kemarin, aku hanya sedikit optimis
Salah? Apa aku harus datar-datar saja?
Baru tiba-tiba bahagia?
Ada yang bilang,yakin dan sombong hanya terpisah oleh helaian rambut dibagi 7
Kesombongankah yang melumpuhkan?
Tak tahukah do’a dan permohonanku untuk lari dari sombong?
Kenapa ada putus asa,
Padahal ini bukan apa-apa.
Tahukah kalian, aku merasa tertindih
Manusiawikah?
Jika saat ini aku enggan berdo’a dan enggan berharap.
Kuatkan aku, kawan.
Memories
5 years ago
0 comments:
Post a Comment